Kamu tidak salah ketika mendengar pernyataan, bahwa ada kyai yang menyebarkan agama Kristen, iya kyai, dia mengenal Yesus jauh sebelum kita (baca: saya, anda) kenal Yesus, di Indonesia.
Kyai identik dengan seorang priyai yang beragama Islam, yang mengajar dan menyebarkan ajaran Islam. Menurut KBBI, kyai atau kiai adalah gelar seorang ulama Islam terkemuka yang memiliki ilmu agama mendalam dan disegani, terutama di kalangan masyarakat Jawa.
![]() |
Ilustrasi, gambar dibuat dengan ChatGPT |
Tapi sejarah mencatat demikian, ada seorang kiai yang memang menyebarkan agama Kristen di Jawa dahulu dan itu nyata adanya, bukan kisah dongeng yang dicopas dari tradisi orang lain lalu diklaim sendiri ya.
Kali ini kita akan menyelami sejarah, supaya juga tahu sesuatu hal yang berhubungan dengan fakta sejarah, karena orang Kristen itu harus jelas dalam memahami sejarah supaya tidak bias.
![]() |
Ilustrasi sosok seorang priyai, sosok Kiai Sadrach. Gambar diadari dari Google |
Dalam sejarah Kekristenan di Indonesia, terutama di Jawa, dikenal tokoh yang bernama Tunggul Wulung dan Kyai Sadrach, begitulah mereka dikenal.
Tahun tersebut jelas Indonesia belum merdeka. Jaman itu, nama Indonesia pun belum dikenal luas seperti saat ini, nama Indonesia sendiri mulai dikenal 1847-an, dimana seorang etnolog Inggris bernama George Samuel Windsor Earl menuliskan kata 'Indunesians' untuk menyebut penduduk kepulauan Hindia. Baru pada tahun 1850 oleh muridnya Samuel Windsor, yaitu James Richardson Logan menggunakan kata 'indonesia' dalam jurnal ilmiahnya. Sehingga secara literatur sejarah nama Indonesia dikenal tahun 1850.
Kita kembali ke topik bahasan kita. Kiai Tunggul Wulung dan Kiai Sadrach. Beliau² ini kala itu punya gelar 'kiai' atau 'kyai'. Gelar itu digunakan untuk menarik dan mendekatkan diri dengan masyarakat Jawa saat itu, kebetulan juga beliau adalah orang Jawa.
Islam sendiri masuk ke bumi nusantara, terutama di tanah Jawa abad ke-15 melalui proses perdagangan.
Tunggul Wulung punya nama asli Kyai Hasan Pawiro. Tunggu Wulung berarti keteguhan dan kekuatan spiritual. Tunggul berarti akar pohon dan Wulung berarti hitam kebiruan.
![]() |
Sosok Tunggul Wulung, gambar diambil dari Google |
Hasan Prawiro berasal dari Jawa Tengah bagian timur, perkiraan dari Blora atau Purwodadi. Murni asli dari Jawa, tidak ada latar belakang misi dari Barat. Hasan Prawiro sempat belajar Islam, namun karena keinginannya mencari kebenaran spiritual (mistikus Jawa).
Pada akhirnya beliau dibaptis dan mulai mengajar Kekristenan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti wilayah Blora, Pati, Ngoro, Mojowarno (dekat Jombang), hingga Banyuwangi. Dalam pengajarannya, beliau menggabungkannya dengan kejawen dan nilai terang ajaran Kristus. Dia tidak bergantung pada missionaris barat.
Dalam pengajarannya, beliau sering menggunakan istilah kata: 'kyai', 'pondok', 'padepokan', dan 'doa semedi'. Ajarannya menekankan kepada pertobatan pribadi, kehidupan moral yang saleh, kuasa doa dan mukjizat.
Beliau wafat pada tahun 1885, ajaran dan pengaruhnya dilanjutkan oleh Kyai Sadrach.
Kyai Sadrach dikenal juga dengan nama aslinya Sadrach Soeropranoto atau Sadrach Suropranoto. Ada pula yang mengatakan nama aslinya Radin Abas. Beliau pria kelahiran Jepara, tahun 1835.
![]() |
Ilustrasi, sosok Sadrach. Gambar diambil dari Google |
Sadrach pernah belajar agama Islam di Pesantren. Mulai mengenal ajaran Kristen dari missionaris Barat (Hindia Belanda), serta bertemu dengan Tunggul Wulung, serta missionaris bernama Pdt. Jellesma dan Pdt. Schuurman.
Beliau dibaptis pada tahun 1867. Setelah itu dia menjadi penginjil independen, tidak tunduk pada gereja Hindia Belanda.
Pusat pelayanannya masih di sekitaran Jawa Tengah, yaitu di Purworejo (yaitu di sekitaran Karangjoso, Boro, Tuksongo).
Ciri khasnya dalam pengajarannya, dia mendirikan komunitas Kristen Jawa yang mandiri, dengan struktur sistem seperti pesantren dalam agama Islam. Dia menyebut dirinya sebagai kiai, jemaatnya disebut santri dan tempat ibadahnya disebut padepokan. Pendekatan yang digunakan pun sangat Jawa sekali seperti simbolisme Jawa, pakaian Jawa, tembang, doa dan wayang.
Sadrach menetap di Purworejo, Jawa Tengah dan mendirikan 'Gereja Sadrach', dia memimpin umatnya seperti dia mengelola pesantren, belajar firman Tuhan, berdoa dan bekerja.
Meski sama dalam menyebarkan ajaran Kristen, ternyata Pemerintah Kolonial Belanda dan kebanyakan missionaris Eropa tidak terlalu menyukai cara Sadrach melakukan penginjilan, karena menolak dominasi Belanda dan ditambah gereja yang dipimpinnya (baca: Sadrach) ingin berkembang secara budaya dan rohani.
Meski melakukan penginjilan dengan caranya, beliau tidak menyimpang dari Alkitab dan ajaran Kristus.
Menurut Kristen Jawa yang dikenalkan oleh Sadrach ini, Yesus dikenal sebagai Gusti Yesus Kristus. Dasar² Kekristenan yang diajarkan yaitu ketaatan pada Allah dan hidup dalam kasih; membentuk jemaat yang disiplin secara rohani dan sosial tinggi; serta mengakulturasi unsur budaya Jawa (seperti tembang, peribahasa) dengan doa dan ibadah.
Sadrach meninggal pada tahun 1924 di Purworejo, Jawa Tengah, tempat dimana beliau berkarya penginjilan. Hingga kini Sadrach dikenal sebagai pelopor Kekristenan pribumi.
![]() |
Ilustrasi, GKJ Karangjoso, gambar diambil dari Google |
Menurut beberapa informasi, gereja warisan dari Sadrach adalah Gereja Kristen Jawa Karangjoso (GKJ Karangjoso) di Purworejo, Jawa Tengah. Meskipun secara langsung 'Gereja Sadrach' tidak demikian, karena sepeninggalnya, jemaatnya menurun drastis dan banyak tergabung dengan gereja² lainnya. Namun sisa² peninggalan dan warisan² beliau tersimpan dan dikenang di GKJ Karangjoso ini.
Bangunan gereja ini juga menjadi bangunan warisan cagar budaya dan masih dipergunakan hingga saat ini.
Warisan lain terkait Sadrach ini adalah tulisan² beliau, seperti Serat Rama dan Serat Ajipamasayang tersimpan di GKJ Karangjoso.
Nah sudah sedikit paham kan, why bisa disebut 'kiai' meskipun dia Kristen. Jadi karena memang latar belakang yang memang adalah jebolan dari pesantren dan pernah memeluk agama Muslim sebelumnya.
Tapi dipostingan ini saya tidak menyebut beliau² ini 'kiai' karena ya saat ini memang sudah gak pas menyebutnya demikian, walaupun itu memang sejarah pernah mengatakan demikian. Tapi tidak mengurangi esensinya bahwa beliau adalah seorang penginjil pribumi asli.
Dilain kesempatan saya juga akan share soal sejarah atau profil dari Paulus Tosari, beliau juga salah satu tokoh dalam penginjilan di Jawa jaman dulu.
Sekian dulu, sampai jumpa dipostingan lainnya. Jadi Kristen boleh, berpegang pada Alkitab itu pasti, namun jangan lupakan sejarah dan memahami proses hingga sampai sekarang ini tidak diperoleh dengan instan, pengalaman iman dan tantangan para penginjil masa lalu bisa jadi motivasi untuk generasi saat ini.
Tuhan memberkati kita semua, syaloom. Wartakan Kristus ke seluruh penjuru bumi. Amin. -cpr
#onedayonepost
#sejarah
#informasi
#sadrach
#tunggulwulung
0 komentar: