Pikiran logika saya dibuat tergelitik ketika 'dipaksa' membaca sebuah artikel yang berjudul "Keberadaan Yesus Kristus Dibeberkan Ahli Arkeologi, Cek Faktanya."
Kalau mau baca langsung artikelnya bisa klik langsung di tautan yang saya bagikan. Mungkin pov nya bisa berbeda. Tapi saya ingin berkomentar awal ketika pertama kali baca judulnya, dengan bertanya:
Ahli arkeologi yang mana?
Pembandingnya apa?
Dasar sejarah yang dipakai yang mana? Dari abad ke-6 atau dari awal mula lahirnya Yesus Kristus?
Siapa dulu arkeolognya, seorang atheis kah atau seorang seperti Zakir Naik yang seperti pintar tapi dangkal ilmu sejarah dan literaturnya?
Itulah dia reaksi otomatis yang muncul baru membaca judulnya. Entah, saya belum masuk ke isi artikelnya, tapi seperti sudah ingin bereaksi demikian. Karena begini, orang Yahudi, orang Kristen itu lahir lebih dulu dengan catatan² sejarah yang lebih detail dari yang lahir belakangan (abad ke-6) tapi bisa dengan bangga yang lahir belakangan mengklaim sepihak mereka yang paling 'benar', agak rancu, sedangkan 'sejarah' mereka main comot. Make sense?
Jika yang berlogika tentunya mikir, entahlah agnostik dan atheis lebih memilih jalur aman daripada berpikir objektif.
Artikel ini memulai dengan hasil sebuah survei pada tahun 2015, yang dilakukan sebuah gereja di Inggris. Tidak diketahui gerejanya apa, dari denominasi apa. Bahwa sebanyak 22% orang dewasa Inggris tidak percaya bahwa Yesus Kristus adalah sosok yang nyata.
Artinya sebanyak 82% bisa dikatakan orang dewasa Inggris percaya bahwa Yesus Kristus sosok yang nyata?
![]() |
Lawrence J. Mykytiuk, gambar diambil dari Google |
Hasil survei ini diperjelas oleh pandangan seorang profesor Ilmu Perpustakaan dari Universitas Purdue, juga seorang penulis artikel Biblical Archeology Review yang bernama Lawrence Mykytiuk, katanya tidak ada bukti fisik soal keberadaan Yesus Kristus.
Universitas Purdue adalah universitas riset negeri yang terletak di West Lafayette, Indiana, Amerika Serikat. Didirikan pada tahun 1869, Purdue dikenal dengan program-program unggulannya di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM), serta program di bidang pertanian, manajemen, seni liberal, dan lainnya.
Dari sini sudah jelas sekali kedangkalan cara berpikir seorang profesor dari ilmu perpustakaan, dari sini, mungkin yang dibaca adalah perpustakaan setingkat kecamatan. Padahal jelas jika dia ahlinya dibidang itu, banyak sekali literatur² yang membahas hal tersebut.
Tapi memang dari tulisan² dan pandangan seorang Lawrence ini memang lebih didasarkan pada 'ketidakpercayaan', sama seperti saya yang tidak begitu percaya pada keyakinan bahwa ada yang mengatakan ada kitab suci yang jatuh kedebuk dari langit.
Mungkin beliau adalah seorang atheis atau agnostik?
Selanjutnya serupa dengan seorang atheis atau mungkin agnostik tadi, ada juga pendapat dari seorang profesor studi agama di Universitas North Carolina, dia bernama Bart D. Ehrman: "Kurangnga bukti bukan berarti seseorang pada saat itu tidak ada. Artinya, dia, seperti 99,99% penduduk dunia lain saat itu, tidak memberikan peninggalan apapun pada catatan arkeologi."
Masih menurut pendapat orang yang sama: "Semua buku-buku ini ditulis oleh orang Kristen dan jelas-jelas memiliki bias dalam apa yang mereka laporkan, dan harus dievaluasi dengan sangat kritis untuk mendapatkan informasi yang bisa diandalkan secara historis."
Bahrt D. awalnya adalah seorang Kristen dari Gereja Episkopal (denominasi Protestan, masih merupakan satu komunio dengan gereja Anglikan), lalu kemudian menjadi seorang Kristen liberal dan akhirnya menjadi seorang atheis agnostik.
Benar sesuai dugaan saya bahwa pemikiran seperti ini pastinya dilahirkan dari seorang atheis agnostik, itu kenapa saya berkeinginan mereka juga membedah historical dari catatan² sejarah soal sosok nabi yang lain, sejauh apa kedangkalan atau ketajamannya?
Pernyataan ini jelas muncul dari yang atheis atau agnostik. Sebenarnya pernyataan yang sama pernahkah mereka lakukan pada telaah sejarah sebuah kitab suci yang datang dari langit (baca: kedebuk).
Karena dari telaah mereka atas keyakinan yang dasarnya ilmiah dan bukti otentifikasi terbatas tetapi bisa menghasilkan pernyataan yang berkebalikan itu sudah jelas membuktikan siapa mereka dan objektivitas keilmuan mereka.
Karena mereka menuduh orang Kristen yang menuliskan catatan² sejarah itu tidak objektif sedangkan mereka adalah profesor yang ternyata tidak lebih objektif dengan gelar yang mereka sandang. Apa situ sehat?
Kesimpulannya memang sulit ketika berpedoman pada ahli dengan ilmu yang dangkal. Karena pada dasarnya semua bisa dipelajari bahkan tanpa iman sekalipun, tapi jika prinsip² dasar yang dipakai objektif pasti akan memberikan hasil penelitian yang objektif.
Repotnya lagi ketika mereka merasa benar sudah menggunakan dasar literatur primer sedangkan sebenarnya ada yang lebih primer lagi, jadi ketika dasar literatur mereka dangkal, ujung² nya hanya sekedar klaim sepihak bahwa "ini diambil dari sumber primer" tanpa melihat primernya lebih tua yang mana?
Kaum kedebuk dari langit pasti sangat senang dengan bahasan² seperti ini, seolah-olah teori yang turun dari langit itu 'benar' padahal ketika kitab mereka dibedah secara historis dengan ilmu yang sama dengan dua profesor yang menurut saya atheis dan agnostik ini pasti sama saja, karena memang sumber² primernya justru lebih diangkal lagi.
Diakhir artikel di atas dituliskan demikian, "itu dia persilangan pendapat soal keberadaan Yesus Kristus. Semoga informasi ini bermanfaat!"
Hah, manfaat dari mana?
Persilangan pendapat dari mana?
Justru gak ada yang disilangkan, karena memang dasar² nya dangkal sekali, yang memang benar ini murni pendapat dari dua profesor atheis atau agnostik saja, bahkan untuk adu argumen lain pun juga dangkal dasar sejarahnya, sumbernya bukan sumber primer yang benar² primer.
Jadi kesimpulannya, membaca artikel seperti di atas justru kita tidak mendapatkan apa², karena itu tadi dangkal sekali literasi ilmiahnya. Ya wajar juga sih, untuk sebuah artikel sederhana mana mungkin disajikan data dan bukti arkeologi yang lengkap.
Tapi balik lagi, soal keimanan itu gak bisa dilakukan oleh orang yang tendensi, harus dilakukan oleh ahli yang memang objektif mengupas dari akarnya akar, bukan cuma dari kulit apalagi dari bukti² sekunder saja, bahkan bukti primer sekalipun harus diuji lagi dengan bukti primer lainnya.
Justru dengan membaca artikel ini saya semakin yakin bahwa Yesus Kristus memang ada, karena yang melihat akan buta, yang buta justru melihat. Dua profesor itu hidup dengan caranya sendiri, biarlah mereka hidup dengan cara itu, sampai nanti dia tahu kebenaran Nya. -cpr
#onedayonepost
#opini
#profesoragnostik
#profesoratheis
0 komentar: