Saya kini tergabung dalam komunitas gereja lokal dimana saya tinggal, pada postingan sebelumnya saya menyebut GBIS Hosana Pandaan. Ya itulah komunitas gereja lokal yang saya diami saat ini.
Saya selalu ingin tahu historikal dari hadirnya gereja ini, seperti apa sih, kapan mulai terbentuknya dll. Pada postingan ini saya akan membagikan informasi itu, hasil resume dari beberapa informasi yang saya peroleh. Walaupun tidak mudah mendapatkan informasi yang begitu lengkap.
GBIS merupakan salah¹ denominasi gereja di Indonesia. GBIS dalam translate bahasa Inggris disebut Bethel Full Gospel Church of Indonesia. GBIS tergabung dalam Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) dan merupakan anggota ke-34. Bergabung dengan PGI pada 14 Mei 1964.
![]() |
Logo GBIS, gambar diambil dari Google |
Pada mulanya, GBIS lahir diawali dengan keluarnya Pdt. F. G. van Gessel dan beberapa pendeta lain dari GPdI (Gereja Pentakosta di Indonesia).
Pendeta² ini lalu kemudian membentuk Badan Persekutuan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Surabaya pada tanggal 21 Januari 1952. Seiring waktu, GBIS menjadi organisasi Pentakosta terbesar ke-2 di Indonesia setelah GPdI.
Untuk saat ini ketika saya menuliskan postingan ini, GBIS ini diketuai oleh Pdt. Jonatan Jap Setiawan, sekertaris umum oleh Pdt. Freddy J. Sutisna, SE., MA., dan bendahara umum oleh Pdt. Yeheskiel Sombu.
Sedikit mundur ke belakang, merujuk dari website GBIS, dasar iman GBIS bersumber dari mana?
Aliran Montanisme lahir pada abad ke-2. Tokoh penyebar aliran ini adalah Montanus yang berasal dari Phrygia di Asia Kecil. Dia bertobat dan menjadi orang Kristen dan selanjutnya menjadi seorang presbyter (penatua) yang bersemangat di Phrygia. Dia mengalami pengalaman dalam Roh yang luar biasa.
Montanus melihat kelemahan dari Gereja Katolik dimasa itu. Pengalaman yang luar biasa dalam Roh berdampak pada kehidupan rohaninya yang berbeda dengan kehidupan rohani dari umat Tuhan pada umumnya. Aliran ini mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Aliran Montanis ini menyebar hingga ke Kartago, Afrika. Dimana di sana ada tokoh gereja yang bernama Tertulianus, dia seorang penulis Kekristenan dan menjadi pengikut Montanis pada awal abad ke-3. Tertulianus lahir sekitar tahun 155-160 dan mendalami filsafat stoa, ahli pidato dan lancar berbahasa Latin serta Yunani. Dia dijuluki “orang pentakosta dari Khartago.”
Selain Montanis, tokoh yang berperan dalam perkembangan aliran Montanisme adalah dua orang nabiah yang bernama Priskila dan Maximilla.
Hal ini membuat Gereja Katolik ketika itu mengambil sikap dan berdasarkan konferensi / Konsili aliran ini dianggap sebagai bidat. Pada abad ke-4 aliran ini berhasil dilenyapkan dari gereja barat, sesudah Paus Innocentius I yang mejabat pada tahun 401-417 menentangnya dengan sangat keras.
Aliran Montanis ini mengalami tekanan yang sangat kuat dari Kristen Timur, namun masih bisa bertahan hingga abad ke-9.
Sebagian orang menganggap aliran ini pararel dengan pentakostalisme (yang disebut sebagian orang menjadi neo-montanisme).
Montanis menganggap serangkaian wahyu turun langsung melalui roh kudus, juga turun secara pribadi merupakan penjelmaan dari roh penghibur yang disebutkan dalam Injil Yohanes 14: 16.
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya. (Yohanes 14: 16)
Ada hal positif dari aliran Montanis, meski dianggap sesat oleh aliran Kristen lainnya, yaitu menyadarkan gereja akan perlunya kembali mengalami pembaharuan dalam kuasa Roh Kudus. Dianggap aliran Montanisme ini adalah cikal bakal lahirnya Gereja-gereja aliran Pantekosta. Meski begitu, sebenarnya lahirnya gereja-gereja aliran Pantekosta, adalah penggenapan dari janji-janji Allah sebagaimana kita dapatkan dalam Alkitab.
Beratus-ratus tahun berikutnya, perkembangan gereja terus berlanjut. Gerakan Pentakosta muncul di Camp Meeting Cherokee County, di North Carolina, Amerika Serikat pada tahun 1898. Yang ditandai dengan fenomena "berkata-kata dalam bahasa asing."
Peristiwa ini terjadi dengan dimulainya 3 penginjil dari Gereja Baptis dan Gereja Methodis, yaitu William Martin, Joe Tipton, dan Milton Mc. Nabb, melakukan acara kebangunan rohani. Mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri Kebaktian Kebangunan Rohani tersebut untuk mencari hadirat Tuhan. Selanjutnya Roh Kudus melawat mereka yang hadir dalam kabaktian kebangunan rohani tersebut. Namun dari acara tersebut, 3 orang penginjil ini dianggap bidat oleh pendeta² dari Gereja Baptis dan Gereja Methodis.
Kelompok mereka ini mendapat persekusi dari jemaat Kristen yang lain, bahkan dari kepala Kepolisian setempat. Hingga membuat mereka terdesak dan pada akhirnya mereka pindah ke rumah William F. Bryant yang menjadi pemimpin kelompok mereka. Tanggal 15 Mei 1902, Bryant mendirikan suatu organisasi gereja yang menjadi cikal bakal dari Church Of God (salah satu Gereja Pantekosta di dunia setelah Assemblies of God).
Perjalanan perkembangan aliran Pentakosta ini masih panjang di wilayah Amerika, lalu berkembang ke Eropa, India, hingga Asia dan pada akhirnya tiba di Indonesia.
Kekristenan sendiri diperkirakan masuk ke Indonesia pada tahun 1511 melalui Katolik Roma, dan Protestan pada tahun 1605. Tapi ternyata sudah ada yang lebih dulu masuk yaitu Kekristenan aliran Nestorian, dianggap sudah ada sejak abad ke-2. Gereja Nestorian adalah perpecahan dari Gereja Katolik pada abad ke-5. Gereja ini berpusat di Mesopotamia hilir (Irak).
Api Pentakosta sendiri merambah Indonesia pada Maret 1921, tiba pertama kali di Batavia (Jakarta). Selanjutnya penginjil ini melalui perjalanan darat, lewat Mojokerto, Surabaya, Banyuwangi dan dengan kapal Varkenboot mereka menyeberang ke Singaraja (Bali). Kemudian mereka menetap di Denpasar dalam sebuah gedung kopra dengan lantai batu bata yang telah hancur dan atap terbuat dari rumbia, maka mulailah mereka menabur benih Injil Sepenuh dari rumah ke rumah.
Namun di Bali, perkembangan penginjilan mendapat penolakan dari pandita² Hindu Bali. Akhirnya demi kondusifitas di Bali, akhirnya para pendeta Kristen ini menyingkir ke Jawa Timur.
Desember 1923 mereka pindah ke Surabaya. Lalu pindah ke Lawang dan lalu pindah ke Batavia.
Ada seorang pendeta, Pdt. Cornelius E. Croesbeek menetap di Surabaya. Di Surabaya, Pdt. Cornelius E. Croesbeck berkenalan dengan Ny. Wijnen yang memperkenalkan dengan keponakannya yang bekerja di BPM Cepu yaitu sdr. F.G. Van Gessel, seorang pejabat tinggi di BPM Cepu.
BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij) adalah perusahaan minyak yang memiliki kilang minyak dan sumur-sumur di Cepu pada masa kolonial Belanda. Pemerintah Indonesia pada tahun 1962 mengambil alih perusahaan ini.
Setelah mendengar berita Injil Sepenuh, ia pun bertobat. Pada tanggal 3 Januari 1923 dimulailah kebaktian pertama bertempat di rumah F.G. van Gessel di Deterdink Boulevard Cepu. Kebaktian berlangsung terus dengan jumlah pengunjung bertambah. Dan tiga bulan kemudian yaitu tanggal 30 Maret 1923 diselenggarakan baptisan air pertama di Pasar Sore Cepu yang diikuti oleh 13 orang. Baptisan ini merupakan tonggak pertama dalam sejarah gereja Pantekosta di Indonesia.
Gereja Pantekosta ini mulai berkembang diawali dengan GPdI sebagai cikal bakal gereja² Pantekosta di Indonesia. GPdI sendiri awalnya bernama Vereeniging “De Pinkster Gemeente in Nederlandsch Indie, didirikan pada tanggal 19 Maret 1923 berkedudukan di Bandung. Dengan keputusan Gubernur Jendral Hindia Belanda, tertanggal Cipanas, 4 Juni 1924 No. 29.
Pada tanggal 4 Juni 1937 pemerintah Belanda mengakui Gerakan Pantekosta menjadi “Kerkgenootschap” (Persekutuan Gereja) berdasarkan Staadblad 1927 Nomor 156 dan 532 tahun 1927 Dengan Beslit Pemerintah No. 33 tanggal 4 Juni 1937. Staadblad Nomor 768 nama Pinkster Gemeente berubah menjadi Pinksterkerk in Nederlandsch Indie, dan yang akhirnya pada tahun 1942 zaman pendudukan Jepang berubah menjadi Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI).
Dengan pecahnya Perang Dunia II, maka kepemimpinan Gereja Pantekosta di Indonesia, diserahkan pada putera-putera Indonesia, yang disebut Badan Pengoeroes Oemoem (BPO).
Pada bulan Februari 1925 dimulailah Sekolah Minggu yang pertama di Surabaya.
Pada Januari 1935 didirikanlah Sekolah Alkitab di Embong Malang Surabaya yang bernama Nederlandsch Indisch Bijbel Instituut (NIBI) oleh Rev. William West Patterson. Pada tahun 1936, sejumlah siswa angkatan I diwisuda. Sebagian besar mereka adalah berkebangsaan Belanda. Pada giliran berikut banyak lulusan NIBI adalah putera asli Indonesia.
Sekolah Alkitab ini pindah ke jalan Madukoro 16, Lawang, Malang. Pimpinan Sekolah Alkitab ini adalah Pdt. Edmonson yang kemudian diganti dengan Pdt. Bade. Beberapa alumni Sekolah Alkitab di Lawang ini antara lain, Sontang Pardede, dan Victor Siregar.
Dimulainya Sejarah Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS)
Pada tahun 1952, sehubungan dengan perpecahan dalam tubuh GPdI yang ‘melahirkan’ Gereja Bethel Injil Sepenuh, Sekolah Alkitab Lawang, dipindah ke Beji, Batu Malang hingga kini.
Perpecahan dalam tubuh GPdI dikarenakan beberapa hal, diantaranya masalah pengajaran, organisasi, hingga masalah perbedaan pendapat.
Pdt. Thiesen keluar dari GPdI pada tahun 1932, dan selanjutnya mendirikan organisasi baru Pinkster Beweging, yang kini dikenal dengan nama Gereja Gerakan Pantekosta.
Pada tahun 1936, missionaris R.M. Devin dan R. Busby keluar dan mendirikan Sidang-sidang Jemaat Allah (Assemblies of God).
Pada tahun 1941, Pdt. Sinaga keluar dan mendirikan Gereja Pantekosta Sumatera Utara (GPSU).
Tahun 1946, Pdt. Tan Hok Tjwan, memisahkan diri dan mendirikan Sing Ling Kau Hwee (Gereja Isa Almasih).
Pada tahun 1952 Pdt. T. G. Van Gessel, keluar dari GPdI dan mendirikan Gereja Bethel Injil Sepenuh, bersama Pdt. Hoo Liong Seng (H.L.Senduk) dan kawan-kawan (22 orang).
Pada akhirnya Pdt. Hoo Liong Seng (H. L. Senduk) memisahkan diri dan tahun 1970 mendirikan Gereja Bethel Indonesia/GBI setelah persengketaan organisasi dengan GBIS, melalui keputusan Menteri Agama kala itu.
Pada tahun 1959 Pdt. Ishak Lew keluar dari GpdI dan mendirikan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya.
Pada tahun 1966 Pdt. Karel Sianturi dan Pdt. Sianipar keluar, dan mendirikan Gereja Pantekosta Indonesia Sumatera Utara (GPISU).
Pada tahun 1966 Pdt. Korompis keluar dan mendirikan Gereja Pantekosta.
Satu hal yang positif dari perpecahan-perpecahan ini adalah, semakin tersebarnya berita Pantekosta ke seluruh wilayah Indonesia. Dalam kurun waktu kurang dari satu abad kekristenan di Indonesia telah berkembang sedemikian pesatnya, melebihi perkembangan kekristenan yang dibawa lewat misi Katolik dan Protestan yang telah 2 - 3 abad lebih dahulu menjejakkan kaki di Indonesia.
Sumber informasi ini diperoleh dari website resmi GBIS, selengkapnya bisa klik tautan ini.
Ciri khas dari GBIS adalah aliran Pentakosta yang dibawanya. Selain itu ada tiga pilar utama yang jadi penopangnya yaitu Organisme (Merujuk pada gereja sebagai organisme hidup, bukan hanya organisasi), Otonom (Mengacu pada kemandirian dan kebebasan gereja dalam mengelola urusan internalnya) dan Fellowship (Menekankan pentingnya persekutuan dan kerjasama di antara jemaat dan gereja).
Dalam organisasi GBIS dikenal Majelis Daerah, merupakan anggota Badan Persekutuan Gereja Bethel Injil Sepenuh di suatu provinsi atau beberapa provinsi yang merupakan lembaga pelaksana keputusan dan program kerja Badan Penghubung di daerah dan keputusan Sidang Majelis Daerah.
Ada sebanyak 15 Majelis Daerah di Indonesia, sampai saat ini:
1. SUMUT - NAD
2. RIAU
3. KEP. RIAU
4. JAMBI - SUMBAR
5. SUMBAGSEL
6. JABAR- BANTEN
7. DKI JAKARTA
8. JATENG - DIY
9. JATIM - BALI
10. KALTENGSELBAR
11. KALTIM - KALTARA
12. NTT
13. SULUT - MALUT
14. MALUKU - SULSEL
15. PAPUA - PAPUA BARAT
Gereja dimana saya terdaftar adalah GBIS Bosan, Pandaan, masuk dalam wilayah Majelis Daerah JATIM-BALI.
GBIS Hosana Pandaan ini dilayani oleh gembala Pdt. Stefanus Sarosa S. Th. dan Pdt. Otniel Rosa Setiawan dan Pdm. Trifena Stefanus. Sebelumnya ada Pdm. David Kurniawan tapi beliau pindah ke GBIS Bojong Menteng, Bekasi untuk berkarya pelayanan di sana (per tanggal 31 Agustus 2025 ybs. pamit kepada jemaat di GBIS Hosana Pandaan).
Beberapa dibawah ini adalah GBIS terdekat di sekitar wilayah Jatim, selain GBIS Hosana, Pandaan:
⛪ GBIS Kristus Gembala, Pasuruan
⛪ GBIS Hermon, Bangil
⛪ GBIS Anugerah, Lawang
⛪ GBIS Surabaya (Karangpilang)
⛪ GBIS Agape Wonosalam, Jombang
⛪ GBIS Elohim, Malang
⛪ GBIS Sungai Kehidupan (Klampis), Surabaya
⛪ GBIS Kristus Ajaib Mojoduwur, Jombang
Tidak semua bisa saya sebutkan satu per satu, karena kebetulan yang saya tahu baru itu saja, itu masih area Jatim saja. Ada juga yang namanya serupa, tapi entah satu organisasi atau tidak saya tidak bisa memastikannya.
Itulah dia sedikit resume mengenai sejarah dari GBIS, yang saat ini jadi tempat saya berkomunitas menggereja. Hal² lain terkait pembahasan soal GBIS ini akan saya bahas pada postingan terpisah. Sampai jumpa dipostingan lainnya. -cpr
#onedayonepost
#informasi
#sejarah
#gbis